01 Mei 2009

kode etik dakwah

kode etik dakwah

BAB I

PENDAHULUAN


Latar belakang

Adalah suatu fakta bahwa dakwah merupakan lapangan yang sangat penting baik dilihat dari pandangan agama maupun dari segi pertumbuhan bangsa yang sedang membangun. Makin banyak masyarakat membicarakan pembangunan makin terasa sekali bagaimana ketergantungannya pada manusia, faktor insan yang amat menentukan, apakah akan berhasil atau tidak. Sekian baik rencana dan cukup matang pengolahannya namun bergantung pula pada manusia yang akan melaksanakannya sedang manusia itu adalah unsur mutlak yang tidak dapat dinilai dari sekedar ratio dan tenaga saja tetapi juga dari segi rohani dan dhamirnya juga.

Dalam hal ini Agama islam memberikan sumbangan yang amat berharga karena mengandung ajaran-ajaran yang sangat diperlukan oleh bangsa yamg sedang membangun, islam cukup mempunyai manhaj untuk membangun manusia yang akan melaksanakan pembangunan itu melalui keteladanan seorang rasul Muhammad saw.

Berikut ini kami akan menguraikan sedikit tentang apakah yang telah rasul lakukan sehingga dunia begitu kagum dengan keberhasilannya merubah umat dari tempat yang gelap menuju kepada masa yang penuh dengan kemajuan-kemajuan.Insya Allah.







BAB II

Kode etik dakwah

Karena dakwah merupakan upaya untuk mempengaruhi orang lain, maka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan baik bagi da’i sendiri maupun pihak yang didakwahi, dakwah nabi saw mengenal adanya aturan-aturan permainan yang dikenal dengan etika dakwah atau kode etik dakwah. Sebenarnya secara umum etika dakwah adalah etika islam itu sendiri, dimana seorang da’i sebagai seorang muslim dituntut untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari prilaku yang tercela. Namun secara khusus dalam dakwah terdapat etika sendiri seperti dicontohkan nabi saw berikut ini:
1.Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan

Dalam menjalankan dakwah Rasulullah saw tidak pernah memisahkan antaera apa yang beliau katakana dengan apa yang beliau kerjakan. Artinya apa yang beliau perintahkan beliau mengerjakannya, dan apa yang beliau larang beliau meninggalkannya. Misalnya dalam hal perintah beliau untukn shalat, beliau bersabda shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.
Dengan demikian para shahabat tidak merasa kesulitan dalam melaksanakan perintah nabi saw karena mereka telah melihat pergaan praktis dari perintah yang beliau ucapkan. Misalnya hal yang berkaitan dengan masalah kewanitaan, beliau tidak mengerjakannya dan sebagai gantinya biasanya salah seorang istri beliau memberikan contoh.
Misalnya ketika beliau kedatangan seorang wanita anshar yang bertanya tentang cara membersihkan bekas haid. Beliau kemudian mengatakan” ambillah kain yang empuk dan berilah wewangian. Kemudian tekan-tekanlah kain itu” namun nampaknya wanita belum paham dengan jawaban nabi tadi. Sampai ia menanyakan kembali berkali-kali . akhirnya aisyah menerangkan secara rinci dan jelas bagaiman cara membersihkan bekas-bekas darah haid itu.
Etika dakwah seperti ini merupakan suatu keharusan bagi para da’I. tanpa hal itu sulit rasanya dakwah mereka dapat berhasil. Allah sendiri mengecam orang-orang yang hanya pandai berbicara tetapi tidak pernah melakukannya.







Hai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan hal-hal yang kalian tidak melakukannya? Amat besar murka di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan ( al-shaf 2-3 )

2.Tidak melakukan toleransi agama
Toleransi memang dianjurkan oleh islam tetapi dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama atau aqidah. Dalam hal ini islam memberikan garis tegas tidak bertoleransi, kompromi dan sebagainya .
Ketika nabi masih tinggal di mekkah orang-orang musyrikin mencoba mengajak beliau untuk melakukan kompromi agama, kata mereka “wahai Muhammad ikutilah agama kami maka kamipun akan mengikuti kamu, kamu menyembah tuhan-tuhan kami selama satu tahun nanti kami akan menyembah tuhan kamu selama satu tahun juga”.
Mendengar ajakan itu nabi berkata “saya mohon perlindungan Allah agar tidak mempersekutukanNYA dengan yang lain” kemudian turun surat alkafirun yang intinya orang islam tidak diperkenankan menyembah sesembahan orang-orang kafir

3.Tidak mencerca seembahan
Pada waktu nabi masih di mekkah orang musyrikin mengaatakan bahwa beliau dan para pengikutnya sering meghina dan mencerca berhala sesembahan mereka akhirnya secara emosional mereka mencerca Allah sesembahan nabi. lalu Allah menurunkan ayat yang berbunyi




dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan ( al-An’am )

4.Tidak melakukan diskriminasi
Dalam menjalankan tugas dakwah nabi tidak diperkenankan melakukan diskriminasi sosial antara orang yang didakwahi beliau tidak diperkenankan lebih mementingkan orang-orang kelas elite saja sementara orang kelas bawah dinomorduakan. Berikut ini adalah contoh dimana nabi dikritik oleh Allah ketika beliau kurang memperhatikan orang yang dari kelas bawah yang bernama Ummi Maktum ketika nabi sedang menerima tamu yang terdiri dari para pembesar quraisy, maka Allah menegur beliau dengan menurunklan surat abasa 1-2




Dia Muhammad bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya

5.Tidak memungut imbalan
Suatu hal yang sangat penting dalam dakwah saw maupun nabi-nabi sebelumnya beliau tidak pernah memungut imbalan dari pihak-pihak yang didakwahi beliau hanya mengharapkan imbalan dari Allah saja, sikap beliau ini berdasarkan perintah Allah sebagai berikut





Katakanlah upah apapun yang aku pinta kepadamu maka hal itu untuk kamu karena aku tidak minta upah apapun kepadamu upahku hanya dari Allah Dia maha mengetahui segala sesuatu (as- Saba 47)

6.Tidak mengawani pelaku maksiat
dalam menjalankan dakwah ternyata Nabi saw tidak pernah berkawan, apalgi berkolusi dengan para pelaku maksiat. Hal ini bukan karena pada masa Nabi tidak ada orang yag berbuat maksiat, melainkan seperti itulah etika dakwah. Pada masa nabi ada orang yang berbuat maksiat misalnya ketika seorang shabat bernama Martsad bin abu Martsad hendak menikahi seorang wanita bernama Anaq dan wanita ii diketahui sebagai pezina, Nabi saw melarang martsad menikahi wanita tersebut.
Berkawan dengan pelaku maksiat akan bersdampak serius, karena pelaku maksiat tadi akan beranggapan bahwa perbuatannya itu direstui o;eh da’i yang menikahinya. Ini tentu saja selama oelaku maksiat tadi masih tetap berprofesi dengan kemaksiatannya, tetapi apabila ia sudah meninggalkannya kemudian bertaubat tentu masalahnya akan lain.
Nabi muahammad saw mengatakan bahwa para ulama atau da’i yng bersahabat dengan para pelaku maksiat akan dilaknat oleh Allah swt sebagaimana yang pernah terjadi pada bani israil laknatullah ‘alihim. Beliau mengatakan ini dalam hal menafsiri firman Allah surat Al-maidah 78-79 sebagai berikut:













Telah dilaknati oleh Allah orang-orang kafir dari bani israil dengan lisan Daud dan Isa bin Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan selalu malampaui batas. Mereka satu sama lain tidak melarang perbuatan mungkar yang mereka lakukan itu.



7.Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui

Seorang da’i adalah penyampai ajaran islam sementara ajaran itu berisi hal-hal tentang halal haram dan sebagainya. Da’i yang menyampaikan suatu hukum sementara ia tidak mengetahui hukum itu pastilah ia akan menyesatkan orang lain. Ia lebih baik mengatakan tidak tahu atau wallahu ‘alam apabila ia tidak tahu jawaban suatu masalah. Ia juga tidak boleh asal menjawab dan hanya menurut seleranya sendiri, karena masalah yang ditanyakan pada da’i tentulah masalah keagamaan yang harus ada dalilnya baik dari Al-quran atau hadits
Dalam hal ini Allah menegaskan:







Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semua itu akan diminta pertanggungjawabannya ( Al- isra 36 )

BAB III
Penutup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar