26 Maret 2009

makalah agama hindu

A. Pengertian nama Hindu dan Hindu Dharma
agama hindu memiliki nama asli ”sanata dharma” yakni agama yang telah ada sebelum agama – agama lain.. ajaran dharma ini dikenal dengan nama indus culture (kebudayaan lembah sungai sindu/indus). Dalam pengucapan terdapat perubahan lafal ”S” ke ”H”, yakni shindu menjadi hindu. Sedangkan di indonesia dikenal dengan sebutan hindu dharma.
Nama hindu mengandung arti agama yang suci berkebudayaan tinggi. AG. Honig (1993) memberikan batasan tentang agama hindu sebagai suatu agama yang merupakan akulturasi dari kebudayaan, adat – istiadat (tradisi), filsafat dan ajaran agama yang ada sebelum hindu muncul. Gorinda Das (seorang filosof india) mengatakan bahwa agama hindu itu laksana bola salju yang menggelinding, dimana lama kelamaan makin membesar karena menyerap apa saja yang dilewatinya. Karena itu agama hindu bersifat fleksibel terhadap situasi dan kondisi.

B. Asal Agama Hindu dan Perkembangannya

1. Asal Agama Hindu
Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia

2. Perkembangan Agama Hindu
Govinda Das menjelaskan sejarah panjang agama hindu ke dalam 3 bagian besar yaitu :
a. zaman weda, yakni zaman sejak masuknya bangsa arya di punjab hingga timbulnya agama budha (500 SM) zaman ini dibagi 3 yaitu:
• Zaman Weda Purba, kurang lebih sejak 1500 SM kira – kira sampai 1000 SM. Dimana bangsa arya masih berada di punjab, daerah sungai indus atau shindu. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rta". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
• Zaman Brahmana, mulai tahun 1000 – 750 SM. Pada zaman ini imam – imam atau para brahmana telah menghasilkan kitab – kitab yang berbeda dengan sebelumnya. Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya "Tata Cara Upacara" beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
• Zaman Upanisad, yakni pada tahun 750 – 500 SM. Pada zaman ini peradaban mulai berkembang, pusat peradaban berpindah dari punjab ke gangga. pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
b. Zaman Agama Budha, sejak tahun 500 SM hingga kira – kira tahun 300 M. Pada zaman ini lahirlah agama Budha yang berlainan sekali dengan agama Weda (zaman sebelumnya). Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama "Sidharta", menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
c. Zaman Hindu, mulai tahun 300 M hingga sekarang. Agama Hindu zaman ini memperoleh pengaruh dari agama budha dan agama sebelumnya.

3. Masuknya Agama Hindu ke Indonesia
Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi dengan diketemukannya tujuh buah Yupa peninggalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa: "Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman". Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa. Seorang penjelajah Cina bernama Fa Hien berpendapat bahwa pada permulaan abad ke lima telah menyaksikan masyarakat brahmana di pulau jawa. Dan tulisan – tulisan dalam bahasa sanskerta di dapat kira – kira pada zaman itu.
Krom (ahli - Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
Mookerjee (ahli - India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Moens dan Bosch (ahli - Belanda).
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
Pada perkembangan selanjutnya berdiri kerajaan hindu di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan atau sisa kerajaan tersebut antaralain :
a. Peninggalan kerajaan kutai di kalimantan, dengan raja mulawarman sekitar tahun 400 M. Yaitu yupa.
b. Peninggalan kerajaan tarumanegara di bogor jawa barat, abad ke 5 yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak.
c. Prasasti canggal di jawa tengah yang berbahasa sanskerta dan huruf palawa. Prasasti canggal dikeluarkan oleh raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576 M).
d. Prasasti dinoyo di malang, jawa timur. Sekitar tahun 670 M. Berbahasa sanskerta dan berbahasa jawa kuno, isinya memuat tentang pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh raja Dea Simba pada tahun 760 M.
e. Kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
f. Kerajaan majapahit, puncaknya pada tahun 1293 – 1528 M.
g. Candi – candi yang bertebaran di jawa, seperti candi prambanan dll.
h. Peninggalan – peninggalan agama hindu di bali. Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.

4. Tujuan Agama Hindu
Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah "Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan.
Di dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, sebagaimana disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:

Kamarthau Lipsmanastu
dharmam eweditaccaret,
na hi dhammadapetyarthah
kamo vapi kadacana.
Artinya:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Jadi dharma mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga.
C. Kitab Suci
Kitab suci agama Hindu dinamakan Weda (Veda). Secara etimologis dan pengertian semantik berari ”pengertian suci”. Dengan kata lain weda adalah pengetahuan dan kebijaksanaan suci, merupakan dokumen pertama dan tertua yang dimiliki oleh umat manusia. Veda merupakan wahyu atau sabda Tuhan Yang Maha Esa yang disebut sruti, artinya yang didengar (revealed teaching). Wahyu weda tersebut diterima oleh beberapa Maharsi dalam waktu yang berbeda – beda. Mereka penerima wahyu berjumlah tujuh Maharsi yang disebut Sapta Rsi. Maharsi Wyasa adalah yang paling banyak jasanya dalam mengkodifikasikan Weda, dibantu oleh 4 siswanya, yaitu :
1. Maharsi Paila, penghimpun Kitab Rg Veda Samhita
2. Maharsi Waisampayana, penghimpun Yajur Veda Samhita
3. Maharsi Jaimini, penghimpun Sama Veda Samhita
4. Maharsi Sumantu, penghimpun Atharwa Veda Samhita.
Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta. Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.
Kitab – kitab weda tersebut isinya mengandung mantera – mantera dan petunjuk – petunjuk bagi para pendeta untuk melakukan upacara – upacara, termasuk korban – korban (sesajen dll). Disamping kitab Weda dikenal juga kitab Ramayana, kitab Mahabarata dan kitab Bhagawadgita.
D. Pokok – pokok Ajaran dan Sistem Kepercayaan
1. Pokok Ajaran Hindu
Pokok Ajaran Hindu berkisar pada kerangka dasar Agama Hindu yang berjumlah tiga perkara yaitu :
a. Tatwa (filsafat)
b. Fusila (Sopan santun dan keadaban)
c. Upacara (perbuatan Agama)
2. Sistem Kepercayaan/Keimanan Agama Hindu
Sistem keimana Agama Hindu mengacu pada doktrin panca sradha (lima kepercayaan) yaitu :
a. Percaya adanya Sang Hyang Widi Wasa. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada. Didalam Weda (Bhagavad Gita), Tuhan (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut:
Etadyonini bhutani
sarvani ty upadharaya
aham kristnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)
Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.
b. Percaya adanya Atman atau roh leluhur, bila atman meninggalkan badan maka makhluk itu akan mati.
Atman adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kreta adalah badan. Demikian Atman itu menghidupi sarva prani (mahluk) di alam semesta ini.
"Angusthamatrah Purusa ntaratman
Sada jananam hrdaya samnivish thah
Hrada mnisi manasbhikrto
yaetad, viduramrtaste bhavanti". (Upanisad)
Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil, yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, mereka yang mengetahuinya menjadi abadi.
c. Percaya adanya hukum karmaphala, buah dari perbuatan yang dapat dirasakan akibatnya. Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan, disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran, kesemuanya itu disebut "Karma". Ditinjau dari segi ethimologinya, kata karma berasal dari kata "Kr" (bahasa sansekerta), yang artinya bergerak atau berbuat. Menurut Hukum Sebab Akibat, maka segala sebab pasti akan membuat akibat. Demikianlah sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan menimbulkan akibat, buah, hasil atau pahala. Hukum sebab akibat inilah yang disebut dengan Hukum Karma Phala.
Di dalam Weda disebutkan "Karma phala ika palaing gawe hala ayu", artinya karma phala adalah akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau karma (Clokantra 68).
d. Percaya adanya Samsara atau punarbhawa. Roh atau jiwatman takselamanya berada di dalam surga atau neraka, tetapi ia akan lahir kembali kedunia ( reinkarnasi). Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa "Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau didunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran". Demikian pula disebutkan:

Sribhagavan uvacha,
bahuni me vyatitani,
janmani tava cha rjuna,
rani aham veda sarvani,
na tvam paramtapa (Bh. G. IV.5)
Sri Bhagawan (tuhan) bersabda, banyak kelahiran-Ku di masa lalu, demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu, tetapi engkau sendiri tidak,. Parantapa.
e. Percaya adanya Moksa. Bila seseorang terlepas dari ikatan dunia maka ia akan mencapai moksa. Dalam Weda disebutkan: "Moksartham Jagadhitaya ca itu dharma", maka Moksa merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa ialah kebebasan dari keterikatan benda-benda yang bersifat duniawi dan terlepasnya Atman danri pengaruh maya serta bersatu kembali dengan sumber-Nya, yaitu Brahman (Hyang Widhi) dan mencapai kebenaran tertinggi, mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal abadi yang disebut Sat Cit Ananda.
Orang yang telah mencapai moksa, tidak lahir lagi kedunia, karena tidak ada apapun yang mengikatnya. Ia telah bersatu dengan Paramatman. Bila air sungai telah menyatu dengan air laut, maka air ungai yang ada di laut itu akan kehilangan identitasnya. Tidak ada perbedaan lagi antara air sungai dengan air laut. Demikianlah juga halnya, Atman yang mencapai Moksa. Ia akan kembali dan menyatu dengan sumbernya yaitu Brahman.

Bahunam janmanam ante,
jnanavan mam prapadyate,
vasudevah sarvam iti,
sa mahatma sadurlabhah. (Bh. G. VII. 19)
Pada banyak akhir kelahiran manusia, orang yang berbudi (orang yang tidak lagi terikat oleh keduniawian) datang kepada-Ku, karena tahu Tuhan adalah sealanya; sungguh sukar dijumpai jiwa agung serupa itu.
E. Sistem Teologi (Konsep Ketuhanan)
Sesungguhnya, setiap agama yang ada dan berkembang dimuka bumi ini, bertitik tolak kepada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang mendorong kita harus percaya terhadap adanya Tuhan itu dan berlaku secara alami. Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini, menyebabkan kepercayaan itu semakin mantap. Semuanya itu pasti ada sebab- musababnya, dan muara yang terakhir adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang mengatur semuanya ini, Tuhan pula sebagai penyebab pertama segala yang ada.
Karena agama itu adalah kepercayaan, maka dengan agama pula kita akan merasa mempunyai suatu pegangan iman yang menambatkan kita pada satu pegangan yang kokoh. Pegangan itu tiada lain adalah Tuhan, yang merupakan sumber dari semua yang ada dan yang terjadi. Kepada-Nya-lah kita memasrahkan diri, karena tidak ada tempat lain dari pada-Nya tempat kita kembali. Keimanan kepada Tuhan ini merupakan dasar kepercayaan agama Hindu.
Ajaran agama hindu mempercayai adanya Brahman yang tunggal yang disebut Sang Hyang Widhi Wasa. Disamping itu percaya adanya dewa – dewa. Dewa tersebut adalah bagian inetgral yang tidak terpisahkan, yakni sebagai sifat – sifat Sang Hyang Widhi Wasa. Dewa yang dimaksud trimurti yaitu:
1. Dewa Brahma adalah sifat pencipta dari Sang Hyang Widhi Wasa
2. Dewa Wisnu Adalah sifat pemelihara dari Sang Hyang Widhi Wasa
3. Dewa Sywa adalah sifat Perusak dari Sang Hyang Widhi Wasa

Ktiga dewa tersebut dilambangkan dengan AUM (Brahma = A. Wisnu = U dan Sywa = M). Pelafalan dari AUM kemudian menjadi OM, seperti OM Swastyastu atau OM Shanti, Shanti, Shanti.

F. Etika dalam agama Hindu
Dalam kitab Bhagavadgita disebutkan dua kecenderungan utama manusia, Yaitu:
1. Daiwi Sampat, yaitu kecenderungan kedewataan; kecenderungan mulia yang menyebabkan manusia berbudi luhur yang pada gilirannya mendapatkan kerahayuan.
2. Asuri Sampat, yaitu kecenderungan keraksaan; kecenderungan rendah yang menyebabkan manusia berbudi rendah yang pada gilirannya manusia itu jatuh ke jurang neraka.

konsep surga dan neraka

BAB I
PENDAHULUAN
1. latar Belakang
Sebagaimana telah kita yakini bahwa surga dan neraka itu telah ada sejak dahulu dan telah di sediakan bagi kita semua, bagi yang semasa hidupnya banyak berbuat kebaikan surga lah bagiannya, sedangkan bagi orang – orang yang banyak berbuat kejahatan/keburukan maka neraka lah bagiannya. Surga dan neraka adalah tempat yang abadi setelah kehidupan di dunia ini. Surga dan neraka di sebutkan di dalam Al-Qur’an dengan berbagai macam tingkatan sesuai dengan perbuatan manusia semasa hidupnya. Dan di dalam makalah ini ada pula pendapat dari beberapa aliran tentang keberadaan surga dan neraka. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas makalah ini.

2. Tujuan
Beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain :
1. untuk mengetahui keberadaan surga dan neraka yang sesungguhnya, apakan surga dan neraka itu telah di sediakan sejak dahulu atau baru di ciptakan setelah hari kiamat tiba.
2. untuk menjelaskan fungsi surga dan neraka itu.
3. untuk mengetahui jenis – jenis, tingkatan dan jumlah surga dan neraka.























BAB II
PEMBAHASAN

SURGA DAN NERAKA
Sebagaimana telah kita maklumi bahwasanya yang disebut surga dan neraka itu adalah tempat abadi yang disediakan bagi manusia sebagai pembalasan yang layak bagi amal perbuatannya di dunia. Surga sebagai tempat kenikmatan dan kebahagiaan yang di sediakan bagi orang – orang yang saleh, sedang neraka adalah tempat siksaan bagi orang – orang yang durhaka. Di dalam Al-Qur’an ungkapan tentang surga dan neraka dinyatakan sebagai imbalan dan ganjaran atas apa yang telah dilakukan oleh manusia. Orang – orang yang menaati segala perintah Allah denga melakukan kebajikan akan masuk kedalam surga. Sedangkan mereka yang mendurhakai Allah dan melakukan perbuatan – perbuatan yang dilarang oleh Allah akan masuk kedalam neraka.

1. pengertian surga
Di dalam bahasa Arab surga disebut dengan al – jannah atau al-hadiqah zatusy syajar (kebun atau taman yang terdiri dari berbagai macam pepohonan). Maka surga dipahami dengan berbagai macam kenikmatan dan kelezatan yang luar biasa.

Diantara para ulama’ membagi surga dalam 3 bagian :
1. Jannatul Ikhtisas
2. Jannatul Mirats
3. Jannatul A’mal

Jannatul Ikhtisas adalah surga yang disediakan bagi anak – anak kecil yang meninggal sebelum dikenakan kewajiban. Yakni meninggal dibawah umur 6 tahun. Juga Allah akan menempatkan siapa saja yang di kehendaki dalam surga Ikhtisas ini dan orang – orang yang hilang akalnya. Yaitu orang yang baik kelakuannya ketika masih normal kemudian menderika sakit ingatan sampai meninggal..

Adapun Jannatul Mirats ialah tempat di surga yang mestinya disediakan bagi orang – orang kafir kalau seandainya mereka beriman. Jelasnya, oleh karena tempat – tempat yang disediakan itu tidak jadi diisi oleh orng – orang tak beriman, maka tempat –tempat tadi dibagikan kepada ahli surga, sebagai pembagian tambahan (warisan). Setelah tempat – tempat yang telah di tentukan sendiri bagi mereka masing – masing.

Kemudian Jannatul A’mal ialah surga yang disediakan bagi orang – orang mukmin berdasarkan amal – amalnya. Surga inilah yang bagiannya tidak sama, bahkan menurut amalnya sendiri – sendiri.

Orang – orang yang masuk surga disebut dengan Ahl al – jannah (ahli surga). Mereka memperoleh surga surga disebabkan selalu menegakkan shalat dengan baik, mengakui bahwa didalam harta yang dimiliki ada bagian yang diperuntukkan bagi peminta – minta dan fakir miskin, yang meyakini bahwa hari kiamat benar – benar terjadi, yang benar – benar takut akan hukuman Tuhan, yang menjaga kehormatannya, yang memelihara kepercayaan serta memegang janji yang mereka ucapkan dan yang memberikan kesaksian yang benar.

Di dalam surga tidak ada lagi permusuhan, tidak ada dendam kesumat. Para ahli surga hidup rukun dan damai, aman sejahtera sepanjang masa, tidak ada usia tua dan muda. Usia para penghuni surga sebaya, tidak pernah menjadi tua, semua dalam keadaan sehat tidak pernah dihinggapi penyakit,. Seluruhnya merupakan balasan dari kebajikan yang telah dilaksanakan di dunia.
Di dalam Al-Qur’an ditemukan bermacam – macam nama bagi surga. Nama – nama itu adalah :

1. Surga Fidaus, disebut dalam surat al-Kahfi ayat 107-108

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا. خَالِد ِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.

2. Surga ‘Adnin, disebut dalam surat al-Kahfi ayat 30-31 :



إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا. أُولَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا.

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga `Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah;

3. Surga Na’im, disebut dalam surat al-Luqman ayat 8-9 :

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتُ النَّعِيمِ. خَالِدِينَ فِيهَا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh keni`matan, Kekal mereka di dalamnya; sebagai janji Allah yang benar. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

4. Surga Ma’wa, disebut dalam surat al-Sajadah ayat 19 :

أَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَى نُزُلًا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan

5. Surga Darussalam, disebut dalam surat Yunus ayat 25 :

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

6. Surga Darul Muqamah, disebut dlam surat Fathir ayat 34-35:

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ. الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ.

Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".

7. Surga al-Maqamul Amin, disebut dalam surat al-Dukhan ayat 51 :
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,



2. Pengertian Neraka
Adapun neraka desebut dengan al-nar (api yang menyala). Oleh sebab itu neraka dipahami sebagai tempat yang berisi berbagai macam azab dan siksaan serta balasan bagi orang – orang yang berbuat dosa atau kesalahan. Oleh sebab itu neraka disebut juga dengan mautin al- azab (tempat untuk berlakunya siksaan).
Orang yang masuk kedalam neraka disebut dengan Ahl al-Nar (Ahli Neraka). Mereka adalah yang memiliki sifat –sifat tidak baik seperti kekufuran dan orang – orang yang melakukan kekufuran disebut kafir. Di samping kufur, sifat – sifat lain yang mengantarkan orang masuk ke dalam neraka adalah takzib (mendustakan Tuhan) dsb. Siksaan di neraka dilaksanakan setelah manusia melalui perhitungan mempergunakan mizan (timbangan) terhadap amal masing – masing. Hal ini dilakukan setelah hari kiamat, manusia dibangkitkan dari kubur untuk dihitung semua amalnya, kemudian diketahui siapa yang berhak masuk neraka dengan berbagai macam siksaannya.
Lamanya seseorang berada dalam neraka berbeda – beda. Ada yang hanya sebentar saja, yakni orang mukmin yang melakukan dosa dan setelah dosanya dibakar dalam neraka kemudian dia dimasukkan ke dalam surga. Dan ada pula yang kekal di dalam neraka, yakni orang – orang kafir dan orang – orang musyrik yang mendustakan agama.
Adapun nama – nama neraka yang disebut di dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Neraka Jahannam, disebut dalam surat At-Taubah ayat 63 :

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ مَنْ يُحَادِدِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَأَنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيهَا ذَلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيمُ.

Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar.


2. Neraka Jahim, disebut dalam surat al-Dukhan ayat 56 :

لَا يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَى وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ.

mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka,

3. Neraka Hawiyah, disebut dalam surat al-Qari’ah ayat 8-11 :

وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ. فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ. نَارٌ حَامِيَةٌ.

Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.


4. Neraka Weil, disebut dalam surat al-Mutaffifin ayat 1-3 :


وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ. الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ. وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ.

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.


5. Neraka Ladza, disebut dalam surat al-Ma’arij ayat 15-18:

كَلَّا إِنَّهَا لَظَى. نَزَّاعَةً لِلشَّوَى. تَدْعُوا مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّى. وَجَمَعَ فَأَوْعَى.

Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak, Yang mengelupaskan kulit kepala, Yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama). Serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.


6. Neraka Sa’ir, disebut dalam surat al-mulk ayat 5:

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ.
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.


7. Neraka saqar, disebut dalam surat al-Mudatsir ayat 36-30 :


سَأُصْلِيهِ سَقَرَ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ. لَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُ. لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ. عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ.

Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).

8. Neraka al-Huthamah, disebut dalam surat al-Humazah ayat 4-9:



كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ. نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ. الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ. إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ. فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ.

sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.

Menurut ahli sunnah, surga dan neraka itu sejak sekarang ini ( dan sebelumnya) sudah tersedia, berdasarkan ayat – ayat antara lain :


وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ.
Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. (Q.S. Ali-imran 131)

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Q.S. Ali- Imran :133)


Akan tetapi kaum Mu’tazilah tidak membenarkan bahwa surga dan neraka itu telah disediakan sejak sekarang ini, hanya saja dalam prinsipnya mereka mengakui bahwa surga dan neraka itu pasti ada, dan akan di ciptakan setelah saatnya nanti. Alasan mereka, karena saat ini belum di perlukan.






























BAB III
KESIMPULAN
Jadi yang disebut surga dan neraka itu adalah tempat abadi yang disediakan bagi manusia sebagai pembalasan yang layak bagi amal perbuatannya di dunia. Surga sebagai tempat kenikmatan dan kebahagiaan yang di sediakan bagi orang – orang yang saleh, sedang neraka adalah tempat siksaan bagi orang – orang yang durhaka. Di dalam bahasa Arab surga disebut dengan al – jannah atau al-hadiqah zatusy syajar (kebun atau taman yang terdiri dari berbagai macam pepohonan). Dan Diantara para ulama’ membagi surga dalam 3 bagian :
1. Jannatul Ikhtisas
2. Jannatul Mirats
3. Jannatul A’mal
Orang – orang yang masuk surga disebut dengan Ahl al – jannah (ahli surga). Di dalam Al-Qur’an ditemukan bermacam – macam nama bagi surga yaitu :
1. Surga Fidaus
2. Surga ‘Adnin
3. Surga Na’im
4. Surga Ma’wa
5. Surga Darussalam
6. Surga Darul Muqamah
7. Surga al-Maqamul Amin

Adapun neraka desebut dengan al-nar (api yang menyala). Oleh sebab itu neraka dipahami sebagai tempat yang berisi berbagai macam azab dan siksaan serta balasan bagi orang – orang yang berbuat dosa atau kesalahan. Oleh sebab itu neraka disebut juga dengan mautin al- azab (tempat untuk berlakunya siksaan). Orang yang masuk kedalam neraka disebut dengan Ahl al-Nar (Ahli Neraka). Adapun nama – nama neraka yang disebut di dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Neraka Jahannam
2. Neraka Jahim
3. Neraka Hawiyah
4. Neraka Weil
5. Neraka Ladza
6. Neraka Sa’ir
7. Neraka saqar
8. Neraka al-Huthamah

Menurut ahli sunnah, surga dan neraka itu sejak sekarang ini ( dan sebelumnya) sudah tersedia. Akan tetapi kaum Mu’tazilah tidak membenarkan bahwa surga dan neraka itu telah disediakan sejak sekarang ini, hanya saja dalam prinsipnya mereka mengakui bahwa surga dan neraka itu pasti ada, dan akan di ciptakan setelah saatnya nanti


Daftar Pustaka


1. Ilmu Tauhid Lengkap, Drs.H.Zainuddin, Rineka Cipta, Solo 1991
2. Teologi Ilmu Kalam, Buku teks MKK IAIN (Ilmu Kalam III dan IV), Pustaka Antara, Jakarta

NABI DAN HADISNYA

A. Penyampaian Hadis Nabi

Hadis, penampung Sunah Nabi, memuat kebutuhan dasar kaum Muslim individu dan komunitas. Dalam makalah ini, kita akan mencoba membuat sketsa kegiatan penyampaian hadis, melukiskan cara-cara yang digunakan untuk mempelajari dan memeliharanya, serta factor-faktor yang membantu sahabat dalam tugas mereka.

B. Pengajaran Hadis oleh Nabi saw

Metode yang digunakan Nabi saw untuk mengajarkan hadisnya dapat dibagi dalam tiga kataegori: (1) Iisan (2) tulisan, dan (3) peragaan praktis.

1. metode Lisan

Niihi saw adalah guru bagi sunahnya. Untuk memudahkan hafalan dan pengertian, beliau biasa mengulangi hal-hal penting sampai tiga kali. Sesudah mengajari sahabat, biasanya beliau mendengarkan lagi yang sudah mereka pelajari. Utusan dari daerah-daerah terpencil menjadi tanggung jawab orang Madinah, tidak hanya soal akomodasi, tetapi juga pendidikan mereka dalam ilmu Al-Qur'an dan Sunah. Beliau biasa melemparkan pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka.



2. Metode Tulisan

Seluruh surat Rasul saw kepada raja, penguasa, kepala suku, dan gubernur Muslim dapat dimasukkan dalam kategori ini. Beberapa surat itu sangat panjang dan mengandung berbagai masalah hukum: zakat, pajak, bentuk-bentuk ibadah, dan seba-gainya. Kita dapat memperkirakan jumlah surat yang mungkin dikirim Rasul saw dan kegiatan-kegiatan penulisan sehubungan dengan surat-surat tersebut jika kita ingat bahwa beliau mempunyai paling tidak 45 juru tulis yang menuliskan untuk beliau pada waktu-waktu tertentu. Dalam kategori ini juga kita dapat memasukkan apa yang didiktekan beliau kepada para sahabat-nya, seperti 'Ali bin Abi Thalib, beberapa tulisan 'Abdullah b. ' Amr b. al-Ash, dan perintah beliau untuk mengirimkan salinan khutbahnya kepada Abu Syat, seorang warga Yaman.

3. Metode Peragaan Praktis

Sepanjang menyangkut peragaan praktis, Nabi saw mengajari metode wudu, salat, puasa, haji, dan sebagainya. Dalam setiap segi kehidupan, Nabi saw memberikan pelajaran praktis disertai perintah yang jelas untuk mengikutinya. Beliau mengatakan, "Salatlah sebagaimana kalian melihatku shalat.” Juga beliau berkata, "Belajarlah dariku upacara (manasik) haji.”

Dalam menjawab pertanyaan yang banyak, beliau biasanya meminta si penanya tinggal bersama beliau dan belajar melalui pengamatan terhadap praktik beliau.

C. Langkah-langkah Rasul saw untuk Menyebarkan Sunah

1. Mendirikan Sekolah
Sekolah didirikan di Madinah segera sesudah kedatangan-Nya. Kebijakan umumnya adalah mengirimkan guru dan khatib ke berbagai wilayah di luar Madinah. Misalnya, sejumlah utusan dikirim ke 'Adzal dan Qara pada tahun 3 H, ke Bir Ma'unah pada tahun 4 H, ke Najran, Yaman, dan Hadramaut pada tahun 9 H.

2. Memberikan Perintah
Nabi saw bersabda, "Sampaikanlah pengetahuan dariku walau hanya satu ayat." Tekanan yang sama dapat dilihat dalam pidatonya pada kesempatan haji wadha', "Yang hadir di sini hendaknya menyampaikan amanat ini kepada yang tidak hadir." Karena itulah, merupakan praktik umum di kalangan sahabat untuk memberitahu yang absen tentang perbuatan dan ucapan Nabi saw.
Delegasi yang datang ke Madinah disuruh mengajari kaumnya setelah kembali. Contohnya, Malik b. al-Huwairits, saat kepulangannya, disuruh Rasulullah saw untuk mengajari kaumnya, suatu tugas yang tetap diembannya bahkan lama sesudah Nabi saw meninggal. Perintah yang sama juga diberikan ke¬pada delegasi lain. Ketika delegasi 'Abd al-Qais menghadap Rasulullah saw, mereka meminta Nabi saw mengajari merekasupaya mereka dapat menyampaikan ajaran Rasul saw dan mengajarkannya kepada pengikut mereka.

3. Memberikan Rangsangan bagi Pengajar dan Penuntut Ilmu
Nabi saw tak hanya memberikan perintah untuk mendidik masyarakat, tapi juga menyebutkan pahala besar bagi pengajar dan penuntut ilmu. Beliau mengatakan bahwa belajar dan menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim. Orang yang menyembunyikan ilmu dapat dimasukkan ke neraka, suatu hal yang juga dinyatakan dalam Al-Qur'an.

a. Ganjaran untuk penuntut ilmu
Nabi saw bersabda, "Barangsiapa yang menempuh jalan yang menuju ke pengetahuan, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga, dan para malaikat mengembangkan sayapnya karena senang pada orang yang mengincar ilmu, serta seluruh penghuni surga dan bumi, bahkan ikan di kedalaman lautan, memohon ampun untuknya."

b. Ganjaran untuk pengajar
Mengenai ini, Nabi saw bersabda, "Bila orang meninggal, amalnya terputus, kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh untuknya."

c. Ancaman hukuman
Bagi mereka yang menolak terlibat dalam proses pendidikan sekalipun telah terdapat pahala-pahala ini, Nabi saw tam-paknya telah menunjukkan hukuman yang bakal menimpa akibat sikap tersebut.


Sampai di sini, saya telah menyebutkan bagaimana Rasul saw mengajarkan sunahnya kepada kaum Muslim, langkah yang diambilnya untuk menyebarkannya dan untuk mengaktifkan masyarakat menuntut ilmu, dan jenis pahala dan hukuman yang disediakan. Marilah kita lihat bagaimana tanggapan ma¬syarakat terhadap semua ini, dan bagaimana Sunah Nabi diterima para sahabat.

D. Bagaimana Sunah Nabi Diterima Sahabat

Kini kita akan melihat metode yang diterapkan penerima Su¬nah dan faktor yang membantu mereka dalam mempelajarinya. Patut diingat bahwa masyarakat selalu mengamati dan, dengan begitu, menghafal ucapan dan perbuatan junjungan mere¬ka. Dalam hal ini, orang bisa memastikan bahwa bagi kaumnya, Muhammad merupakan pribadi yang paling dicintai di atas bumi ini. Tak seorang pun, dalam hal ini, dapat disejajarkan de-ngan beliau sepanjang sejarah umat manusia. Di sini saya akan mengutip pernyataan salah satu sahabatnya kepada salah se¬orang musuh bebuyutannya ketika itu,
Shafwan b. Umayyah membeli Zaid (sahabat yang dikhianati dan ditawan kaum kafir) untuk dibunuhnya demi membalas kematian ayahnya, Umayyah b. Khalaf. Shafwan mengirimnya bersama bekas budaknya, Nistas, ke Tan'im. Mereka membawanya keluar dari Ha-ram untuk dibunuh. Sejumlah orang Quraisy berkumpul, di antara-nya Abu Sufyan b. Harb. Abu Sufyan berkata kepada Zaid, "Saya meminta Anda, Zaid, dengan sangat. Demi Allah, tidakkah Anda menghendaki Muhammad yang bersama kami sekarang dan me-nempati tempat Anda, sehingga kami dapat memenggal kepalanya dan Anda dapat bersama lagi dengan keluarga Anda?" Zaid men-jawab, "Demi Allah, saya tak ingin Muhammad berada di tempat saya sekarang, bahkan saya tak ingin ada duri menyentuhnya, tidak juga saya duduk di tengah keluarga saya." Abu Sufyan sering mengatakan, "Saya belum pernah melihat ada orang yang begitu dicintai sebagaimana Muhammad dicintai sahabatnya." Nistas membunuhnya (Zaid), Allah pun memberi rahmat kepadanya.

Jadi, Nabi saw adalah orang yang paling dicintai kaumnya. Keterlibatan mereka dalam mengejar hal duniawi juga masih minim. Dengan begitu, lingkup yang lebih luas dan kesempatan yang lebih besar untuk belajar pun tersedia. Tambahan lagi, orang Arab mempunyai day a ingatyang is time wa. Mereka suka menghafal bait puisi suku mereka dan suku lain. Bila kita kum-pulkan kembali semua faktor ini, juga metode yang diterapkan Rasul saw untuk mengajarkan Sunahnya, jelaslah bahwa mem-pelajari Sunah sangat mudah bagi sahabat. Meski demikian, mereka tak berhenti pada fasilitas alamiah ini, melainkan me-manfaatkan juga setiap metode yang mungkin dipakai untuk mempelajari dan memelihara Sunah.

E. Metode Sahabat dalam Mempelajari Hadis

Dalam mempelajari hadis, sahabat menggunakan ketiga metode belajar ini: (a) hafalan, (b) tulisan, dan (c) praktik, meng-ikuti cara yang diterapkan Nabi saw dalam mengajarkan Sunah¬nya.

1. Metode Hafalan
Sahabat biasa mendengar setiap kata Nabi saw dengan perhatian ekstra. Biasanya, mereka belajar Al-Qur'an dan hadis dari Nabi saw lebih sering di mesjid. Ketika Nabi saw pergi untuk suatu urusan, mereka mulai mengoleksi apa yang baru mereka pelajari. Praktik ini dilukiskan dengan sangat baik oleh Mu'awiyah. Bukti yang sama dapat dilihat dalam pernyataan Abu Darda. Puncak praktik ini dapat disaksikan dalam pernyataan Anas b. Malik, pelayan Rasulullah saw. la berkata, "Kami, sekitar 60 orang, duduk dengan Nabi saw. Nabi saw mengajari kami hadis. Kemudian, ketika Nabi saw pergi untuk suatu keperluan, kami sering menghafal beramai-ramai. Ketika kami berpisah, pelajaran itu seolah-olah tertanam dalam hati kami."

Sebagaimana orang lain, sahabat pun mengalami masalah dan kebutuhan hidup sehari-hari. Maka, praktis mustahil bagi mereka untuk menghadiri majelis belajar Nabi saw pada setiap kesempatan. Karena itu, yang tidak hadir biasanya belajar dari yang hadir. Proses ini digambarkan dengan baik selcali oleh Sahabat Bara' b. 'Azib. Beberapa dari mereka sepakat meng¬hadiri majelis belajar secara bergantian, sebagaimana kita temukan dalam kasus 'Umar.
Puncak praktik ini terlihat dalam kasus Sahabat Sulait. Sebidang tanah diberikan Nabi saw kepadanya. la suka berdiam di sana beberapa waktu dan kembali ke Madinah untuk belajar apa yang sudah diajarkan ketika ia absen. Para sahabat biasanya mengabarkan kepadanya bagian Al-Qur'an yang baru diturun-kan dan keputusan Nabi saw dalam berbagai kasus. la demikian malu sehingga memohon kepada Nabi saw agar tanah itu di-ambil kembali, karena tanah itulah yang membuat ia tak dapat menghadiri majelis belajar Nabi saw. Dalam suasana dan lingkungan seperti inilah kegiatan belajar mengajar hadis berlangsung.

2. Metode Tulisan
Sahabat juga mempelajari hadis dengan cara menulisnya. Ada banyak sahabat yang menulis hadis Nabi saw.

3. Metode Praktik
Penting diingat bahwa sahabat mempraktikkan apa saja yang mereka pelajari lewat hafalan dan tulisan. Pengetahuan Islam untuk dipraktikkan, bukan untuk pengetahuan itu sendiri, dan sahabat mengetahui betul hal ini. Cukuplah dicatat bahwa Ibn 'Umar memerlukan delapan tahun untuk mempelajari surah kedua Al-Qur'an.

Inilah garis besar bagaimana hadis dipelajari sahabat selagi Nabi saw masih hidup. Setelah Nabi saw meninggal, polanya tetap demikian, kecuali bahwa Rasulullah saw tidak lagi ber-sama mereka. Kini kita akan menyorot masalah ini pada periode pasca-Nabi.

F. Mempelajari Hadis dalam Periode Sahabat

1. Mengumpulkan Kembali Hadis
Mengumpulkan kembali hadis dilaksanakan di masa sahabat sebagaimana di masa Nabi saw. Abu Hurairah biasa membagi malam dalam tiga bagian: sepertiga buat tidur, sepertiga buat salat, dan sepertiga lagi buat mengumpulkan kembali hadis Nabi.

'Umar dan Abu Musa al-Asy'ari menghafal hadis dari malam hingga pagi hari. Begitu pula Ibn 'Abbas dan Zaid b. Arqam. Ibn Buraidah melaporkan hal yang sama tentang Mu'awiyah di Hims, Siria.
Di sisi lain, kita menemukan cukup banyak sahabat, seperti 'Ali b. Abi Thalib, Ibn Mas'ud, dan Abu Sa'id al-Khudri, yang menasihati para tabiin untuk menghafal hadis. Karenanya, pola belajar yang sama tetap berlangsung di masa tabiin. Mereka bia¬sa menghafal hadis, baik secara individu maupun kelompok.

2. Perlindungan Penguasa bagi Pengajaran Al-Qur'an dan Sunah Nabi
'Urnar, khalifah kedua, menugasi gubernurnya untuk mengajarkan Al-Qur'an dan Sunah Nabi. la sering mengirim banyak guru untuk tujuan ini. Malah, ia mengirim guru kepada suku Badui untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka tentang Al-Qur'an.


3. Aktivitas Non-Penguasa
Seluruh sahabat yang mengetahui hadis Nabi mengambil bagian dalam penyebarannya, kapan dan di mana saja mereka berkesempatan atau merasa perlu. Mereka dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, mereka yang biasa menanamkan pe-ngetahuan ketika merasa orang membutuhkannya. Mereka merasa harus mengajar karena mengetahui betul dosa me-nyembunyikan pengetahuan. Kedua, mereka yang mencurahkan banyak waktu untuk maksud ini dan mengajar secara teratur.

Sampai di sini, kita perlu memperhatikan beberapa faktor lain. Sesudah Nabi saw wafat, sahabat mengambil alih-tanggung jawabnya. Seperempat abad setelah Rasul saw meninggal, Islam meluas ke Afganistan, Iran, Siria, Irak, Mesir, dan Libia. Saha-bat-sahabat Nabi saw merupakan perintis kegiatan ini. Akibat-nya, hadis Nabi pun menyebar seiring dengan menyebarnya sahabat ke sepanjang dunia Islam. Juga karena ini, tidak seluruh informasi hadis menetap di Madinah. Barangkali ada suatu Sunah yang hanya diketahui oleh sahabat tertentu yang lalu berangkat ke Irak, Mesir, atau tempat lain.

Sebelum meninggal, para sahabat mempercayakan suluh pengetahuan hadis kepada generasi berikut yang harus belajar dan siap memikul tanggung jawab tersebut. Bagaimanapun, beberapa syarat belajar yang unik telah ditetapkan oleh mu-hadditsin (ahli hadis).



















DAFTAR PUSTAKA


M.M. AZAMI, memahami ilmu hadis, penerbit erlangga 1997

hubungan sholat dengan kesehatan mental

BAB I

PENDAHULUAN

Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan dalam jiwa seseorang. Tetapi dengan mengamalkannya, seperti menjalankan sholat sesuai dengan syari’at agama. Karena dengan mengerjakan sholat kita akan mendapat suatu ketenangan, kedamaian hidup dan kekuatan batin yang sangat luar biasa. Sholat bagaikan unsur "Radium", sumber dari sinar dan melahirkan zat yang membangkitkan daya semangat. Dan dengan sholat, manusia dapat berupaya menambah daya semangatnya yang terbatas itu, yaitu disaat mereka berdialog dengan yang Maha Kuat, yang tidak akan pernah sirna daya semangatnya.

1. Tujuan

Tujuan mempelajari psikologi agama terutama pada bagian “hubungan sholat dengan kesehatan mental” adalah supaya kita dapat mengetahui begitu besarnya pengaruh sholat terhadap kesehatan jiwa atau mental seseorang dan setelah kita tahu manfaat sholat bagi kesehatan jiwa kita mudah-mudahan kita semua semakin meningkatkan ibadah sholat kita kepada Allah Swt.

BAB II

PEMBAHASAN

1. pengertian sholat

sholat adalah segala perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan yang diakhiri dengan salam, dan wajiblah mengerjakan itu pada waktu-waktu tertentu.

Sholat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan di akhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh syar’i[1]. Karena sholat itu adalah merupakan pokok (yang utama) dari agama Islam. Sebagaimana sabda Nabi Saw. yang artinya sebagai berikut :

“sholat itu adalah tiang daripada agama, maka barang siapa yang mendirikannya, maka berarti ia telah mendirikan agama. Dan barang siapa meninggalkannya, berarti ia telah mrbohkan agama”.

2. Kedudukan sholat

Islam adalah sumber ajarannya Al-Qur’an dan Sunnah, sangat memperhatikan tentang perihal ibadah sholat. Didalam islam, sholat itu adalah merupakan suatu perintah yang harus di utamakan, dan merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan, serta diancam dengan azab yang pedih bagi yang meninggalkannya. Ia adalah induk dari agama islam, kunci daripada surga, suatu amalan yang baik, dan merupakan amal perbuatan orang mukmin yang pertama kali akan di hisab pada hari perhitungan (kiamat) nanti.

Rasulullah sendiri telah menjadikan sholat itu sebagai ciri utama atau tolak ukur di dalam menetapkan orang itu memiliki keimanan atau tidak, dan sebagimana tanda pembeda antara orang muslim dan orang kafir. Sebagimana sabdanya yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim dan Ash-Habus Sunan yang artinya sebagai berikut :

“perjanjian (yang mengikat) antara kami dan mereka adalah sholat, maka barang siapa yang meninggalkannya berarti ia telah kufur”.

Pada suatu saat, Rasulullah Saw telah menuturkan tentang sholat, lalu beliau bersabda yang artinya sebagai berikut :

“barang siapa memeliharanya, ia akan mendapat sinar bukti yang kokoh dan kesuksesan pada hari kiamat (nanti); tapi barang siapa tidak memeliharanya, ia tidak akan mendapat sinar, tidak mempunyai bukti yang kokoh dan tidak mempunyai kesuksesan. Dan ia pada hari kiamat nanti, akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf. (H.R. Ahmad dan Ibnu Hibban).

Para Ulama’ membersihkan tangannya tentang maksud dari hadis Nabi Saw diatas, yaitu : barang siapa yang meninggalkan sholat karena disibukkan oleh urusan harta kekayaannya, maka mereka akn bersama dengan Fir’aun; barang siapa meninggalkannya karena disibukkan oleh urusan kepemimpinan dan kementriannya, karena disibukkan urusan perdagangannya, maka mereka akan bersama Ubay bin Alaf.

Demikianlah kedudukan sholat di dalam Islam, dan lebih dari itu ia adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh kaum muslimin. Dan ia adalah ibadah paling dominan atau paling penting di dalam Islam, sehingga di dalam menerimanya Rasulullah Saw sendiri harus menghadap kehadirat Allah Swt, yaitu lewat Isra’ dan Mi’raj. Kalau semua perintah ibadah (selain sholat) cukup dikeluarkan di bumi, tapi lain halnya dengan sholat! Semua itu tidak lain adalah sangat pentingnya kedudukan sholat dalam Islam.

3. Keutamaan sholat

Berikut ini adalah beberapa keutamaan sholat, antara lain :

  1. untuk mencemerlangkan jiwa, yaitu : dengan membaca Al-Qur’an dan memperbarui ingatan kepada-Nya, dan dapat menambah tertancapnya keimanan dalam lubuk jiwa dengan jalan bermunajad kepada Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Luhur. Sebab inilah, sehingga didalam mengerjakan sholat itu disyaratkan untuk khusu’ dan dalam keadaan sadar. Disamping itu juga kaena sholat yang kosong jiwanya, itu tidak akan memberikan manfaat atau faedah yang dimaksud dari sholat itu sendiri.
  2. untuk mengagungkan tuhan yang di sembah, artinya : setiap amalan didalam ibadah sholat itu mengandung pekerjaan-pekerjaan yang nyata, yang mewujudkan kesempurnaan khudlu’ dan ta’dhim seperti halnya ruku’ dan sujud, yang keduanya menunjukkan bahwa kita benar-benar memperhambakan kepada-Nya mengagungkan dan memuliakannya. Akan tetapi, itu semua tidak ada artinya, jika yang demikian itu tidak disertai dengan hati khusu’ dan hati (kesadaran jiwa).
  3. untuk menjauhkan diri dari fasya’ dan mungkar, artinya : yang demikian itu dilakukan dengan perkataan serta perbuatan. Para mushallin meniadakan dengan perkataan kedalam sholatnya segala bentuk perbuatan yang keji (kefahsyahan) ia ucapkan dengan lisannya ” Allahu Akbar”. Maka dengan ”Allahu”, ia tetapkan bahwa Allah itu maujud dan dengan ”Akbar”, ia tetapkan bahwa Allah itu tidak ada sekutu yang menandingi-Nya. Demikian pula dengan ucapannya ”Bismillahir Rahmaanir rohiim”. Perkataan Bismillah menisbatkan adanya Tuhan yang Maha Esa, dan perkataan ”Arrahmaanirrahiim” meniadakan adanya persekutuan baginya.

Dan para mushallin menghindarkan kefahsyahan dari dirinya dengan melakukan ibadah Sholat dengan khusu’ dan khudlu’, maka tertanamlah di dalam rasa jiwanya rasa cinta terhadap kebajikan.

4. Hubungan sholat dengan kesehatan mental

Sebagimana telah kita ketahui sholat adalah salah satu bentuk ibadah yang apabila dilaksanakan sesuai dengan yang telah disyari’atkan oleh Allah serta Rasulnya, maka itu akan dapat menumbuhkan kepada sipelakunya suatu kekuatan batin yang luar biasa itu, yang sangat membantu didalam menghadapi segala kesulitan hidup serta cobaan-cobaan duniawi.

Sebagimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah Saw sebagaimanapun besarnya masalah yang sedang kita hadapi maka tak lupa beliau melaksanakan sholat terlebih dahulu. Karena pada saat itu, seorang mu’min dapat mengungkapkan hajadnya secara langsung dan dapat pula mengadukan segala penderitaan dan kesulitan hidup yang sedang dihadapinya, bahkan dapat juga mengetuk pintu rahmat-Nya.

Di dalam sholat seseorang mukmin dapat merasakan ketenangan serta ketentraman hidup dialam dunia. Karena sesungguhnya ia memulai sholatnya dengan mengucapkan '"Allahu Akbar". dimana ia telah menyadari sepenuhnya bahwa Allah itu Maha Besar kemudian ia membaca surat Al-Fatihah, ia jumpai didalamnya sesuatu kesegaran batin yang dapat mendambakan nikmat Allah ialah disaat mengucapkan Al hamdu lillaahi rabbil 'aalamin Arrahmaanir Rahiim". Lalu menjumpai sesuatu kesegaran batin didalam mendambakan keagungan dan keadilan Allah disaat mengucapkan "Maaliki yaumiddin". Demikian pula akan menjumpainya kembali, perasaan adanya hubungan dengan Allah dan mendambakan pertolongan-Nya, disaat mengucapkan "lyyaaka na'budu waiyyaaka nasta'iin". Akhimya, ia akan menjumpai perasaan yang penuh keyakinan akan adanya bimbingan ke jalan yang lurus dan dijauhkannya dari jalan yang sesat serta jalan yang dimurkai-Nya, yaitu disaat mengucapkan "Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina an'amta "alaihim ghairil maghdhuubi 'alaihim vvaladhdhaalliin".

Jadi, tidak mengherankan lagi jika sholat itu memberikan suatu ketenangan, kedamaian hidup dan kekuatan batin yang sangat luar biasa, bagi orang yang mengerjakannya. Lebih jauh lagi bahwa Rasulullah Saw telah menjelaskan tentang puncaj dari pengaruh kejiwaan yang dicapai lewat sholat. wudhu dan dzikrullah. Yaitu betapa segar dan semangatnya seorang mukmin yang mengerjakan sholat, didalam menghadapi kesehariannya setiap pagi.

Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah Saw telah bersabda yang artinya sebagai berikut ;

"Setan mengikatkan pada ujung kepala salah seorang dan kamu disaat tidur, tiga ikatan. Dapat dilepaskan setiap ikatan itu dengan : Malam panjang menjelang, Lain menjadikannva tertidur, Kemudian disaat ia bangun, lalu mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan, Ketika ia wudlu, terlepaslah ikatan kedua. Kemudian ketika la sholat, terlepaslah ikatan ketiganya. Dengan demikian, ia diwaktu pagi-pagi menjadi segar jiwanya dan semangat. Tapi bila sudah demikian, ia akan menjadi kusut jiwanya dan malas. "

Dr. Kariel. salah satu dokter ahli fisik dan biologi yang sangat masyhur, yang menjelaskan didalam pembahasan tentang kekuatan kejiwaan yang diperoleh dari seorang mukmin lewat sholatnya, yaitu: "Barangkali sholat itulah kekuatan yang paling besar didalam melahirkan semangat daya, yang aku ketahui sampai saat ini. Aku telah menjumpai sendiri sejumlah dokter yang gagal didalam pengobatan pasiennya. Lalu ketika ilmu kedokteran ternyata angkat tangan, lumpuh dan menyerah, dimasukkannya sholat sebagai suatu upaya, dan ternyata dapat menyembuhkan pasien dari penyakit yang telah dideritanya. Sesungguhnya sholat, bagaikan unsur "Radium", sumber dari sinar dan melahirkan zat yang membangkitkan daya semangat. Dan dengan sholat, manusia dapat berupaya menambah daya semangatnya yang terbatas itu, yaitu disaat mereka berdialog dengan yang Maha Kuat, yang tidak akan pernah sirna daya semangatnya."

Memang, kita menghubungkan jiwa kita disaat mengerjakan sholat dengan kekuatan yang Maha Besar, yang menguasai alam semesta ini. Kita mohon kepada-Nya. dengan penuh pengharapan agar berkenan memberi sedikit kekuatan dari-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya didalam menghadapi hidup ini. Bahkan sesungguhnya sikap penuh harap kepada-Nya itu sendiri sudah cukup memberikan tambahan kekuatan serta daya semangat.

5. Sholat Merupakan Pendidikan Mental.

Didalam sektor ini, sholat sebagai daya penunjang bagi kesuburan mental setiap orang mukmin. la akan menguatkan mental seorang mukmin untuk senantiasa mengerjakan kebajikan dan memnggalkan atau menjauhi segaLa kejahatan dan kemungkaran, memerangi kelesuan disaat menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup serta kenikmatan Sholat akan menanamkan dalam jiwa. kesadaran adanya kontrol Ilahi. Memelihara aturan-Nya, menjaga kedisiplinan waktu, takut akan ancaman dan siksaan-Nya dan sanggup mengalahkan sikap-sikap kemalasan. memperturutkan hawa nafsu dan segala sifat kelemahan manusiawi lainnya. Didalam masalah ini Allah SWT telah menyatakan didalani firman Nya yang artinya sebagai berikut :

"Sesungguhnya manusia itu bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila la mendapat kebaikan ia amat kikir kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat yang mereka itu tetap mengerjakan sholatnya. " (QS. Al-Ma'aarij : 19-23).

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan.

Sholat dengan kesehatan mental pada diri seseorang sangatlah erat kaitannya, dengan mengerjakan sholat selain kita dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. juga sebagai daya penunjang bagi kesuburan mental setiap orang mukmin. la akan menguatkan mental seorang mukmin untuk senantiasa mengerjakan kebajikan dan memnggalkan atau menjauhi segaLa kejahatan dan kemungkaran, memerangi kelesuan disaat menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup serta kenikmatan Sholat akan menanamkan dalam jiwa. kesadaran adanya kontrol Ilahi. Memelihara aturan-Nya, menjaga kedisiplinan waktu, takut akan ancaman dan siksaan-Nya dan sanggup mengalahkan sikap-sikap kemalasan. memperturutkan hawa nafsu dan segala sifat kelemahan manusiawi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ust. Labib Mz. ”Untuk apa manusia diciptakan” bintang usaha jaya, surabaya 2007.

Drs Moh Rifa’I ”risalah tuntunan sholat lengkap”,. 1998



[1] Lihat risalah tuntunan sholat lengkap, Drs Moh Rifa’I hal 34. 1998