26 Maret 2009

hubungan sholat dengan kesehatan mental

BAB I

PENDAHULUAN

Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan dalam jiwa seseorang. Tetapi dengan mengamalkannya, seperti menjalankan sholat sesuai dengan syari’at agama. Karena dengan mengerjakan sholat kita akan mendapat suatu ketenangan, kedamaian hidup dan kekuatan batin yang sangat luar biasa. Sholat bagaikan unsur "Radium", sumber dari sinar dan melahirkan zat yang membangkitkan daya semangat. Dan dengan sholat, manusia dapat berupaya menambah daya semangatnya yang terbatas itu, yaitu disaat mereka berdialog dengan yang Maha Kuat, yang tidak akan pernah sirna daya semangatnya.

1. Tujuan

Tujuan mempelajari psikologi agama terutama pada bagian “hubungan sholat dengan kesehatan mental” adalah supaya kita dapat mengetahui begitu besarnya pengaruh sholat terhadap kesehatan jiwa atau mental seseorang dan setelah kita tahu manfaat sholat bagi kesehatan jiwa kita mudah-mudahan kita semua semakin meningkatkan ibadah sholat kita kepada Allah Swt.

BAB II

PEMBAHASAN

1. pengertian sholat

sholat adalah segala perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan yang diakhiri dengan salam, dan wajiblah mengerjakan itu pada waktu-waktu tertentu.

Sholat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan di akhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh syar’i[1]. Karena sholat itu adalah merupakan pokok (yang utama) dari agama Islam. Sebagaimana sabda Nabi Saw. yang artinya sebagai berikut :

“sholat itu adalah tiang daripada agama, maka barang siapa yang mendirikannya, maka berarti ia telah mendirikan agama. Dan barang siapa meninggalkannya, berarti ia telah mrbohkan agama”.

2. Kedudukan sholat

Islam adalah sumber ajarannya Al-Qur’an dan Sunnah, sangat memperhatikan tentang perihal ibadah sholat. Didalam islam, sholat itu adalah merupakan suatu perintah yang harus di utamakan, dan merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan, serta diancam dengan azab yang pedih bagi yang meninggalkannya. Ia adalah induk dari agama islam, kunci daripada surga, suatu amalan yang baik, dan merupakan amal perbuatan orang mukmin yang pertama kali akan di hisab pada hari perhitungan (kiamat) nanti.

Rasulullah sendiri telah menjadikan sholat itu sebagai ciri utama atau tolak ukur di dalam menetapkan orang itu memiliki keimanan atau tidak, dan sebagimana tanda pembeda antara orang muslim dan orang kafir. Sebagimana sabdanya yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim dan Ash-Habus Sunan yang artinya sebagai berikut :

“perjanjian (yang mengikat) antara kami dan mereka adalah sholat, maka barang siapa yang meninggalkannya berarti ia telah kufur”.

Pada suatu saat, Rasulullah Saw telah menuturkan tentang sholat, lalu beliau bersabda yang artinya sebagai berikut :

“barang siapa memeliharanya, ia akan mendapat sinar bukti yang kokoh dan kesuksesan pada hari kiamat (nanti); tapi barang siapa tidak memeliharanya, ia tidak akan mendapat sinar, tidak mempunyai bukti yang kokoh dan tidak mempunyai kesuksesan. Dan ia pada hari kiamat nanti, akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf. (H.R. Ahmad dan Ibnu Hibban).

Para Ulama’ membersihkan tangannya tentang maksud dari hadis Nabi Saw diatas, yaitu : barang siapa yang meninggalkan sholat karena disibukkan oleh urusan harta kekayaannya, maka mereka akn bersama dengan Fir’aun; barang siapa meninggalkannya karena disibukkan oleh urusan kepemimpinan dan kementriannya, karena disibukkan urusan perdagangannya, maka mereka akan bersama Ubay bin Alaf.

Demikianlah kedudukan sholat di dalam Islam, dan lebih dari itu ia adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh kaum muslimin. Dan ia adalah ibadah paling dominan atau paling penting di dalam Islam, sehingga di dalam menerimanya Rasulullah Saw sendiri harus menghadap kehadirat Allah Swt, yaitu lewat Isra’ dan Mi’raj. Kalau semua perintah ibadah (selain sholat) cukup dikeluarkan di bumi, tapi lain halnya dengan sholat! Semua itu tidak lain adalah sangat pentingnya kedudukan sholat dalam Islam.

3. Keutamaan sholat

Berikut ini adalah beberapa keutamaan sholat, antara lain :

  1. untuk mencemerlangkan jiwa, yaitu : dengan membaca Al-Qur’an dan memperbarui ingatan kepada-Nya, dan dapat menambah tertancapnya keimanan dalam lubuk jiwa dengan jalan bermunajad kepada Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Luhur. Sebab inilah, sehingga didalam mengerjakan sholat itu disyaratkan untuk khusu’ dan dalam keadaan sadar. Disamping itu juga kaena sholat yang kosong jiwanya, itu tidak akan memberikan manfaat atau faedah yang dimaksud dari sholat itu sendiri.
  2. untuk mengagungkan tuhan yang di sembah, artinya : setiap amalan didalam ibadah sholat itu mengandung pekerjaan-pekerjaan yang nyata, yang mewujudkan kesempurnaan khudlu’ dan ta’dhim seperti halnya ruku’ dan sujud, yang keduanya menunjukkan bahwa kita benar-benar memperhambakan kepada-Nya mengagungkan dan memuliakannya. Akan tetapi, itu semua tidak ada artinya, jika yang demikian itu tidak disertai dengan hati khusu’ dan hati (kesadaran jiwa).
  3. untuk menjauhkan diri dari fasya’ dan mungkar, artinya : yang demikian itu dilakukan dengan perkataan serta perbuatan. Para mushallin meniadakan dengan perkataan kedalam sholatnya segala bentuk perbuatan yang keji (kefahsyahan) ia ucapkan dengan lisannya ” Allahu Akbar”. Maka dengan ”Allahu”, ia tetapkan bahwa Allah itu maujud dan dengan ”Akbar”, ia tetapkan bahwa Allah itu tidak ada sekutu yang menandingi-Nya. Demikian pula dengan ucapannya ”Bismillahir Rahmaanir rohiim”. Perkataan Bismillah menisbatkan adanya Tuhan yang Maha Esa, dan perkataan ”Arrahmaanirrahiim” meniadakan adanya persekutuan baginya.

Dan para mushallin menghindarkan kefahsyahan dari dirinya dengan melakukan ibadah Sholat dengan khusu’ dan khudlu’, maka tertanamlah di dalam rasa jiwanya rasa cinta terhadap kebajikan.

4. Hubungan sholat dengan kesehatan mental

Sebagimana telah kita ketahui sholat adalah salah satu bentuk ibadah yang apabila dilaksanakan sesuai dengan yang telah disyari’atkan oleh Allah serta Rasulnya, maka itu akan dapat menumbuhkan kepada sipelakunya suatu kekuatan batin yang luar biasa itu, yang sangat membantu didalam menghadapi segala kesulitan hidup serta cobaan-cobaan duniawi.

Sebagimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah Saw sebagaimanapun besarnya masalah yang sedang kita hadapi maka tak lupa beliau melaksanakan sholat terlebih dahulu. Karena pada saat itu, seorang mu’min dapat mengungkapkan hajadnya secara langsung dan dapat pula mengadukan segala penderitaan dan kesulitan hidup yang sedang dihadapinya, bahkan dapat juga mengetuk pintu rahmat-Nya.

Di dalam sholat seseorang mukmin dapat merasakan ketenangan serta ketentraman hidup dialam dunia. Karena sesungguhnya ia memulai sholatnya dengan mengucapkan '"Allahu Akbar". dimana ia telah menyadari sepenuhnya bahwa Allah itu Maha Besar kemudian ia membaca surat Al-Fatihah, ia jumpai didalamnya sesuatu kesegaran batin yang dapat mendambakan nikmat Allah ialah disaat mengucapkan Al hamdu lillaahi rabbil 'aalamin Arrahmaanir Rahiim". Lalu menjumpai sesuatu kesegaran batin didalam mendambakan keagungan dan keadilan Allah disaat mengucapkan "Maaliki yaumiddin". Demikian pula akan menjumpainya kembali, perasaan adanya hubungan dengan Allah dan mendambakan pertolongan-Nya, disaat mengucapkan "lyyaaka na'budu waiyyaaka nasta'iin". Akhimya, ia akan menjumpai perasaan yang penuh keyakinan akan adanya bimbingan ke jalan yang lurus dan dijauhkannya dari jalan yang sesat serta jalan yang dimurkai-Nya, yaitu disaat mengucapkan "Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina an'amta "alaihim ghairil maghdhuubi 'alaihim vvaladhdhaalliin".

Jadi, tidak mengherankan lagi jika sholat itu memberikan suatu ketenangan, kedamaian hidup dan kekuatan batin yang sangat luar biasa, bagi orang yang mengerjakannya. Lebih jauh lagi bahwa Rasulullah Saw telah menjelaskan tentang puncaj dari pengaruh kejiwaan yang dicapai lewat sholat. wudhu dan dzikrullah. Yaitu betapa segar dan semangatnya seorang mukmin yang mengerjakan sholat, didalam menghadapi kesehariannya setiap pagi.

Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah Saw telah bersabda yang artinya sebagai berikut ;

"Setan mengikatkan pada ujung kepala salah seorang dan kamu disaat tidur, tiga ikatan. Dapat dilepaskan setiap ikatan itu dengan : Malam panjang menjelang, Lain menjadikannva tertidur, Kemudian disaat ia bangun, lalu mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan, Ketika ia wudlu, terlepaslah ikatan kedua. Kemudian ketika la sholat, terlepaslah ikatan ketiganya. Dengan demikian, ia diwaktu pagi-pagi menjadi segar jiwanya dan semangat. Tapi bila sudah demikian, ia akan menjadi kusut jiwanya dan malas. "

Dr. Kariel. salah satu dokter ahli fisik dan biologi yang sangat masyhur, yang menjelaskan didalam pembahasan tentang kekuatan kejiwaan yang diperoleh dari seorang mukmin lewat sholatnya, yaitu: "Barangkali sholat itulah kekuatan yang paling besar didalam melahirkan semangat daya, yang aku ketahui sampai saat ini. Aku telah menjumpai sendiri sejumlah dokter yang gagal didalam pengobatan pasiennya. Lalu ketika ilmu kedokteran ternyata angkat tangan, lumpuh dan menyerah, dimasukkannya sholat sebagai suatu upaya, dan ternyata dapat menyembuhkan pasien dari penyakit yang telah dideritanya. Sesungguhnya sholat, bagaikan unsur "Radium", sumber dari sinar dan melahirkan zat yang membangkitkan daya semangat. Dan dengan sholat, manusia dapat berupaya menambah daya semangatnya yang terbatas itu, yaitu disaat mereka berdialog dengan yang Maha Kuat, yang tidak akan pernah sirna daya semangatnya."

Memang, kita menghubungkan jiwa kita disaat mengerjakan sholat dengan kekuatan yang Maha Besar, yang menguasai alam semesta ini. Kita mohon kepada-Nya. dengan penuh pengharapan agar berkenan memberi sedikit kekuatan dari-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya didalam menghadapi hidup ini. Bahkan sesungguhnya sikap penuh harap kepada-Nya itu sendiri sudah cukup memberikan tambahan kekuatan serta daya semangat.

5. Sholat Merupakan Pendidikan Mental.

Didalam sektor ini, sholat sebagai daya penunjang bagi kesuburan mental setiap orang mukmin. la akan menguatkan mental seorang mukmin untuk senantiasa mengerjakan kebajikan dan memnggalkan atau menjauhi segaLa kejahatan dan kemungkaran, memerangi kelesuan disaat menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup serta kenikmatan Sholat akan menanamkan dalam jiwa. kesadaran adanya kontrol Ilahi. Memelihara aturan-Nya, menjaga kedisiplinan waktu, takut akan ancaman dan siksaan-Nya dan sanggup mengalahkan sikap-sikap kemalasan. memperturutkan hawa nafsu dan segala sifat kelemahan manusiawi lainnya. Didalam masalah ini Allah SWT telah menyatakan didalani firman Nya yang artinya sebagai berikut :

"Sesungguhnya manusia itu bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila la mendapat kebaikan ia amat kikir kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat yang mereka itu tetap mengerjakan sholatnya. " (QS. Al-Ma'aarij : 19-23).

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan.

Sholat dengan kesehatan mental pada diri seseorang sangatlah erat kaitannya, dengan mengerjakan sholat selain kita dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. juga sebagai daya penunjang bagi kesuburan mental setiap orang mukmin. la akan menguatkan mental seorang mukmin untuk senantiasa mengerjakan kebajikan dan memnggalkan atau menjauhi segaLa kejahatan dan kemungkaran, memerangi kelesuan disaat menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup serta kenikmatan Sholat akan menanamkan dalam jiwa. kesadaran adanya kontrol Ilahi. Memelihara aturan-Nya, menjaga kedisiplinan waktu, takut akan ancaman dan siksaan-Nya dan sanggup mengalahkan sikap-sikap kemalasan. memperturutkan hawa nafsu dan segala sifat kelemahan manusiawi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ust. Labib Mz. ”Untuk apa manusia diciptakan” bintang usaha jaya, surabaya 2007.

Drs Moh Rifa’I ”risalah tuntunan sholat lengkap”,. 1998



[1] Lihat risalah tuntunan sholat lengkap, Drs Moh Rifa’I hal 34. 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar